Langsung ke konten utama

MENGENAL TANAH

I. Pengertian Tanah

Tanah merupakan hasil transformasi zat-zat mineral dan organik di permukaan bumi yang terbentuk di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja dalam masa yang sangat panjang. Adapun pengertian tanah lainnya yang cukup baik dikemukakan oleh Glinka (1927), bahwasanya tanah adalah tubuh alam yang bebas memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief, dan waktu. Tanah juga merupakan media dan pangkalan hidup bagi manusia, hewan, dan tumbuhan tingkat tinggi.
Lapisan Tanah
Perkembangan ilmu tanah secara empiris sebenarnya sudah lama dikenal sejalan dengan perkembangan peradaban manusia atau sejak manusia mengenal budidaya pertanian. Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang tanah disebut Pedologi, yaitu cabang ilmu yang memadukan ilmu dasar, ilmu biologi, ilmu kebumian, dan ilmu terapannya. Ilmu tanah sebagai cabang keilmuan formal dimulai pada pertengahan abad XIX. Adapun salah seorang pioner penelitian ilmu tanah yang cukup terkenal adalah F.A. Fallou (Pedology or General and Applied Soil Science, Dresden, 1862). Dalam perkembangannya kini, ilmu tanah juga erat hubungannya dengan disiplin ilmu yang lain, misalnya pertanian, teknik, biologi, dan lain-lain.

II. Komponen Tanah

Komponen tanah yang terdiri dari bahan mineral, bahan organik, air, dan udara saling tersusun antara satu dan yang lainnya membentuk suatu tubuh tanah. Komponen tubuh tanah tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga fase penyusun tanah yaitu, fase padat, fase cair, dan fase gas. Bahan mineral mendominasi tubuh tanah sebagai hasil pelapukan batuan, media tumbuh, dan penyedia unsur hara, terkecuali pada tanah gambut. Mineral sebagai salah satu komponen tanah perlu dipelajari karena dapat menjelaskan asal-usul tanah, mengadakan evaluasi dan potensi kesuburan, mempelajari sifat fisik dan mekanik tanah, dan sebagai kriteria dalam pengklasifikasian tanah. Bahan organik juga mempunyai kontribusi terhadap tanah sebagai tubuh alam, terutama berperan dalam pembentukan struktur tanah, mempengaruhi keadaan air, udara, dan temperatur tanah, serta mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
  
Komponen Tanah
Air tanah juga diperlukan dalam pertumbuhan tanaman dan pengangkutan unsur hara dalam bentuk larutan. Neraca air di dalam tanah ditentukan berdasarkan curah hujan efektif (jumlah curah hujan-semua bentuk kehilangan), termasuk intersepsi oleh tajuk tanaman, limpasan permukaan melalui saluran dan sungai, infiltrasi dan perkolasi karena gaya gravitasi, transpirasi melalui tanaman, serta evaporasi dari permukaan tanah. Udara tanah juga tidak kalah pentingnya mempunyai peranan yang ditinjau dari aspek ekologi (respirasi perakaran dan mikroorganisme) dan pedogenesis (proses oksidasi dan reduksi). Kandungan air dan udara dalam pori tanah saling tergantung. Apabila tanah jenuh akan air maka kandungan udaranya akan menipis kecuali udara yang larut dalam larutan tanah, begitupula sebaliknya pada kondisi tanah kering seluruh ruang pori tanah terisi udara.

III. Tubuh Tanah

Komposisi tanah yang terdiri dari bahan mineral, bahan organik, air, dan udara tidaklah tercampur begitu saja, tetapi tersusun sebagai suatu tubuh tanah (pedon) yang terorganisasi dengan struktur dan sifat fisika-kimia sebagai hasil pencerminan dari masing-masing partikel yang tersusun sebagai sistem tanah. Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel tanah (bahan mineral dan organik) serta oksida yang membentuk agregat-agregat tanah. Adapula beberapa sifat fisik tanah yang lain yang cukup penting untuk memahami ciri dan perilaku tanah, diantaranya temperatur tanah yang mempunyai peranan dalam proses perkecambahan, pertumbuhan, aktivitas mikroorganisme, pelapukan dan dekomposisi bahan organik. Warna tanah juga merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan paling menonjol sehingga mudah terlihat. Warna tanah penting karena berhubungan dengan kandungan bahan organik (kehitaman/kecoklatan), perkembangan tanah lanjut (kemerahan), kondisi drainase tanah buruk (kelabu/kehijauan), serta kandungan mineral tertentu (kekuningan).

Struktur Tanah
Perilaku sifat kimia tanah didefinisikan juga sebagai keseluruhan reaksi fisika-kimia yang berlangsung antar penyusun tanah serta antara penyusun tanah dengan bahan yang ditambahkan kedalam tanah dalam bentuk pupuk, kapur, ataupun pembenah tanah lainnya (Bolt & Bruggenwert, 1978). Pada umumnya, reaksi-reaksi yang terjadi di dalam tanah dipengaruhi oleh tindakan faktor lingkungan tertentu, seperti pada proses mekanisme pertukaran ion dan reaksi tanah (pH tanah).

IV. Pembentukan dan Perkembangan Tanah

Proses pelapukan dan dekomposisi akan mengurai bahan induk tanah. Bahan induk tanah dapat dipilahkan menjadi bahan mineral dan bahan organik. Kemudian, setelah proses tersebut berlangsung dalam waktu yang panjang akan terbentuk menjadi bahan baru. Residu dan hasil proses desintegrasi serta senyawa baru yang terbentuk merupakan kombinasi dalam membentuk keseluruhan tubuh tanah yang terdiri atas agregat dan akhirnya terbentuk pedon (tubuh tanah). Proses pembentukan tanah sangatlah dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan menghasilkan bermacam-macam jenis tanah yang dibedakan satu dengan yang lainnya berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Faktor utama yang berperan dalam proses pembentukan tanah adalah bahan induk, iklim, dan tumbuhan, serta terkadang ikut dipengaruhi pengelolaan oleh manusia.

Profil Tanah
V. Jenis Tanah

Sampai saat ini cukup banyak sistem klasifikasi yang bersifat nasional yang hanya dipakai oleh suatu negara, misalnya sistem klasifikasi Perancis, Kanada, atau Rusia. Sistem klasifikasi Internasional yang dipakai oleh banyak negara misalnya USDA atau FAO Legenda Tanah Dunia. Sistem klasifikasi tanah dapat dibedakan atas klasifikasi alami dan klasifikasi teknis.

Klasifikasi alami yakni klasifikasi yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaanya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia, dan mineraloginya. Sedangkan klasifikasi teknis yakni klasifikasi yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat tanahnya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim tersebut (pH tanah, tekstur, daya hantar listrik, kemiringan lereng, dan lain-lain).

VI. Daftar Pustaka

Sutanto, R., 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN TUMBUHAN DAN TANAMAN

PERBEDAAN BIJI, BENIH, DAN BIBIT